Proyek Reklamasi Kenjeran Sudah Didesain, Nelayan: Lahan Pencaharian Kami Ditutup

Proyek Reklamasi Kenjeran Sudah Didesain, Nelayan: Lahan Pencaharian Kami Ditutup

MSRI, – SURABAYA

Proyek Strategis Nasional (PSN) bertajuk Surabaya Waterfront Land (SWL), yang akan dibangun di kawasan pesisir Pantai Kenjeran, sudah didesain. Tetapi, proyek tersebut terus menuai kritik dan protes.

Kali ini, terlihat dalam kegiatan sosialisasi yang dilakukan PT Granting Jaya sebagai operator bersama ratusan perwakilan nelayan se-Kota Surabaya.

Kegiatan yang berlangsung di Atlantis Land, Kenjeran Park, Surabaya, Rabu, 24 Juli 2024 tersebut berjalan cukup alot. Sepanjang acara, para nelayan silih berganti melayangkan interupsi.

Mukminin, misalnya, perwakilan nelayan asal Desa Wonorejo itu resah setelah mengetahui ada proyek reklamasi.

“Terus terang, saya merasa terancam secara penghasilan. Adanya reklamasi ini, mata pencaharian saya ditutup. Perut saya ini diisi oleh alam sekitar (hasil laut, Red),” ujar pria bertopi putih itu.

Mukminin pun khawatir terhadap dampak lingkungan yang ditimbulkan. Seperti air yang akan berubah menjadi keruh, debit air yang bertambah, hingga persoalan sedimentasi.

“Ekosistem pasti berubah. Nelayan harus menunggu berapa tahun supaya ikan-ikan kembali ke situ. Siapa yang menjamin nelayan dan warga sekitar yang terdampak proyek reklamasi?” imbuhnya.

Senada, nelayan dari Desa Kejawan Putih Tambak, Mohamad Yasin, juga menyampaikan kekhawatiran yang sama.

Ia menyayangkan sikap pemerintah pusat yang tidak melakukan sosialisasi di awal. Sosialisasi baru dilakukan setelah proyek SWL sudah ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo.

“Kami nelayan, warga kecil tidak bisa berbuat apa-apa. Kami tahu kami tidak ada pilihan lain. Kami tidak bisa menolak. Tetapi, saya mohon pikir lah bagaimana nasib kami,” serunya.

Yasin berharap PT Granting Jaya selaku operator proyek SWL bersedia mengkaji ulang proyek reklamasi tersebut. Tentu, agar kebijakan yang dihasilkan bisa disepakati oleh kedua belah pihak. Baik pemerintah maupun masyarakat sekitar, khususnya nelayan.

“Sebenarnya, secara garis besar yang mau dijadikan PSN itu ladang nelayan, posisi letak ladang nelayan itu di sebelah-sebelahnya. Kami mohon pikirkan nasib kami,” tandas Yasin.

Surabaya Waterfront Land (SWL) masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) pemerintah pusat. Nilai investasi proyek reklamasi ini ditaksir mencapai Rp 72 Triliun, dengan lama pekerjaan 20 tahun.

Rencananya, SWL akan dibangun seluas 1.184 hektar yang terbagi menjadi empat blok. Blok A seluas 84 hektar ditambah eksisting 100 hektar. Wilayah ini akan didesain ulang menjadi lokasi pariwisata, hunian, serta konservasi mangrove.

Kemudian blok B dengan luas 120 hektar. Wilayah ini disebut zona perikanan. Pelabuhan, pasar ikan, pusat pelelangan, galangan kapal, hingga kampung nelayan akan dibangun di zona ini.

Lalu, komplek maritim, museum maritim nasional, dermaga, hingga perguruan tinggi dan pusat pengembangan ilmu pengetahuan kemaritiman akan dibangun di blok C. Wilayah seluas 380 hektar itu juga disebut zona Kemaritiman.

Terakhir, blok d dengan luas 500 hektar. Area ini akan menjadi pusat perbelanjaan. Mulai dari komplek ruko, SWL Square, pasar produk ekonomi kreatif, hingga industri zero emisi (mangrove). (Tim/Red)