GARUT Jawa Barat
Media Suara Rakyat Indonesia
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Garut, Nurdin Yana, menyambut baik penelitian yang dilakukan oleh Tim Riset Program Studi (Prodi) Magister Ilmu Komunikasi (Mikom) Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) terkait rebranding desa wisata berbasis _Community Based Tourism (CBT)_ di Kecamatan Banyuresmi. Kehadiran tim riset ini, memiliki misi mengembangkan desa pariwisata di Kabupaten Garut.
“Oleh sebab itu sekali lagi kami menghaturkan banyak terima kasih dan ending dari kegiatan ini kami ingin ada bentuk kerja sama yang kita mainkan,” ujar Nurdin Yana dalam acara _Focus Group Discussion (FGD)_ Penelitian _Rebranding_ Desa Wisata Berbasis CBT dalam rangka Mengatasi Kemiskinan Masyarakat Kabupaten Garut, di Ruang Rapat Wakil Bupati Garut, Jalan Pembangunan, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Selasa (30/7/2024).
Nurdin menyoroti bahwa UAI sebelumnya membantu masyarakat Batu Malang untuk tidak hanya bergantung kepada produksi apel saja, namun betalih ke sektor jasa pariwisata.
Ia berharap UAI dapat melakukan hal yang sama di Garut, yang memiliki potensi pariwisata seperti gunung, rimba, laut, dan pantai,” ucapnya.
Menurut Nurdin, kerja sama dengan UAI diharapkan dapat mendorong inovasi di desa-desa dan meningkatkan pendapatan masyarakat melalui pengembangan pariwisata.
“Melalui pengembangan wisata yang ada di desa-desa, saya kira akan berbanding lurus antara peningkatan pariwisata dengan peningkatan pendapatan masyarakatnya,” harapnya.
Ketua Prodi Mikom UAI, Manik Sunuantari, menambahkan bahwa FGD bertujuan untuk mendiskusikan langkah-langkah _rebranding_ desa wisata berbasis CBT guna mengentaskan kemiskinan di Kabupaten Garut. Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk Kepala Disparbud Kabupaten Garut, Luna Aviantrini, Kepala Diskominfo Kabupaten Garut, Margiyanto, perwakilan Diskop UKM Kabupaten Garut, PHRI Garut, perwakilan masyarakat Kampung Adat Dukuh, dan perwakilan Desa Wisata Sindangkasih
Dari hasil diskusi, kata Manik, menyimpulkan perlunya koordinasi dan kemitraan dari berbagai pihak untuk mengentaskan kemiskinan melalui pariwisata sebagai sektor unggulan pembangunan di Garut secara berkelanjutan.
“Alhamdulillah dengan adanya FGD ini kita bisa menemukan simpul-simpul kemacetan komunikasi, kendala-kendala yang dihadapi dari beberapa dinas, kemudian pelaku usaha, jadi kalau kita gunakan dengan konsep pentahelix itu bisa terurai,” tutur Manik.
Manik juga menjelaskan bahwa penelitian sudah dilakukan sejak Juni lalu dengan penyebaran angket dan wawancara ke berbagai pihak, termasuk melakukan interview ke beberapa dinas hingga pelaku-pelaku usaha lain, dalam rangka menghasilkan model komunikasi wisata desa berkelanjutan dan mendorong ekonomi lokal.
“Kemungkinan kita akan sampai kepada membuat naskah akademik di dalam rangka untuk melakukan rebranding desa wisata di Kabupaten Garut terutama dalam rangka untuk mengurangi kemiskinan di Kabupaten Garut,” kata Manik.
Sebagai tindak lanjut, UAI dan Pemkab Garut akan menandatangani _Memorandum of Understanding (MoU)_ untuk sinergi lebih lanjut.
“Harapannya, riset ini dapat membantu meminimalisir kemiskinan dan menciptakan citra positif Garut sebagai destinasi wisata yang unik,” pungkas Manik. (Iis Popon)